“
JIHADUN NAFS TAK BERARTI MEMASUNG DIRI “
Assalamu’alaikum
Wr Wb...
Kepada yang terhormat para ustadz
dan ustadzah, para bapak, ibu, hadirin dan hadirat sekalian yang saya muliakan.
Sebelum saya melanjutkan apa yang
ingin saya sampaikan dalam kesempatan yang mulia, memulai mimbar kultum kali
ini, marilah terlebih dahulu kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Ilahi
Rabbi, yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan petunjuk-Nya kepada kita
sehingga pada saat ini, kita bisa bertatap muka di tempat ini, tanpa ada suatu
halangan apapun.
Sebagian umat Islam ada yang – entah
sadar atau tidak – cenderung menggembosi spirit Islam dengan cara memanipulasi
pemahaman ajaran Islam. Konsep-konsep Islam yang pada dasar nya memberi andil
besar dalam membangkitkan spirit, telah menjadi virus yang melumpuhkan jiwa.
Misalnya, konsep tentang Jihadun Nafs
ini sebenarnya dimaksudkan untuk menggalang kekuatan spiritual dalam keadaan yang
disukai ataupun yang tidak disukai. Dengan jihadun nafsu, diharapkan terhimpun
kekuatan besar yang sangat potensial di dalam diri manusia. Karena segala
bentuk keinginan yang tidak sejalan dengan tujuan terlebih dahulu telah
ditunjukan.
Jihadun nafs merupakan cara yang
sangat efektif untuk mencapai kekuatan yang terkonsentrasi pada kesatuan dan
integritas diri. Ia juga merupakan sebuah bentuk kesatuan keinginan,
keterpaduan program yang bersinergi potensial untuk mencapai suatu tujuan.
Antara unsur-unsur jiwa tidak terjadi benturan, pikiran dan perbuatan menjadi
sejalan, keinginan pikiran dan kemauan hati menjadi setujuan. Hal inilah yang
akan menimbulkan kekuatan spiritual yang bisa terwujud menjadi kekuatan aktual.
Dalam kenyataannya, memang terdapat
banyak orang yang tertindas oleh nafsu nya, karena nafsu bisa menjadi tiran dan
bahkan bisa dijadikan sebagai tuhan, oleh orang yang diperbudaknya. Perhatikan
peringatan Allah swt. Dalam firman-Nya :
“Apakah
kamu tidak melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan
Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka
siapakah yang akan memberikannya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
( QS.
Al-Jatsiyah : 23 )
Manusia, sebagaimana yang
digambarkan dalam ayat tersebut, nyata-nyata dalam kesesatan yang besar dan
hidupnya tidak akan efektif, waktunya akan habis terserap hanya untuk memenuhi
keinginan nafsunya, energinya akan habis buat melayani nafsunya belaka, bahkan orang
lain pun bisa tertindas dan terseret oleh kejahatannya. Na’udzu billahi min
dzalik.
Oleh sebab itu, Islam perlu
mencanangkan jihadun nafs. Manusia dituntut untuk berusaha dan berjuang
membersihkan dirinya (jihadun nafs) dengan sungguh-sungguh dari keinginan-keinginan
nafsu yang akan memperbudaknya.
Sebagai anugerah Tuhan, nafsutidak
harus dibabat, dipasung dan dibasmi habis. Tetapi harus dikendalikan, diarahkan
dan dikelola sehingga menjadi kekuatan dan energi positif. Dengan cara itu keinginan
yang baik bisa tersalurkan dan yang kurang baik atau bahkan tidak baik bisa
dinetralkan lalu diperbaiki.
Jihadun nafs, tidak berarti menutup
diri rapat-rapat dari pergaulan dunia luar, karena khawatir nafsunya akan
bergolak dan tak mampu mengendalikannya, tidak pula dengan memenjarakan dan
memasung diri di balik dinding tebal yang memisahkan dirinya dari dunia luar,
bukan demi menyusun kekuatan baru dan juga bukan hendak melakukan perlawanan,
tetapi menyerah untuk selama-lamanya. Apalagi sampai menyakiti dirinya, mengebiri
segala keinginan, memasung segala naluri kemanusiaannya, tanpa memberi saluran
sedikitpun dalam kehidupan luas yang harus dikelola dengan baik, sebagaimana
mandat yang diembangnya sebagai khalifatullah
fil ardh. Kita harus berani bertendang ke gelanggang menyandang Islam
dengan tawaran-tawaran yang menawan. Selamat berjuang....
Mengakhiri kultum di kesempatan hari
ini, marilah kita berdo’a semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia serta petunjuk-Nya kepada kita, sehingga kita mampu mengisi hidup ini
dengan nilai-nilai positif yang bermanfaat,aaamiinnn. Demikianlah, terima kasih
atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan dan kurang lebihnya.
Hadanallah waiyyakum ajma’in was
salamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Good your artikel, semoga sukses kawan..
ReplyDeleteBagus,
ReplyDelete