Selamat Membaca Kawan.... :) :)
“
MARI MEMBIASAKAN GEMAR BERINFAQ “
Assalamu ‘alaikum
wa rahmatullahi wa barakatuh....
Yang saya muliakan dan saya taati
para alim ulama, para pejabat pemerintah baik sipil maupun militer, para ustadz
dan ustadzah, para bapak/ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.
Mengawali pertemuan kita melalui
ceramah 7 menit kali ini, pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur
kepada Allah, Tuhan sarwa sekalian alam. Shalawat dan salam, semoga senantiasa
dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw. Sebab beliau kita dapat
mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, antara jalan
menuju ke surga dan jalan menuju ke neraka.
Harta benda yang kita milki adalah
anugerah Allah yang harus kita kelola secara benar dan kita tumbuhkan kesukaan
untuk menafkahkan dan membelanjakannya di jalan Allah, sebelum datang saat
penyesalan, yang tak memberikan kesempatan barang sedetikpun untuk
menginfaqkannya, walaupun kemauan dan keinginan untuk berinfaq itu begitu
besar. Renungkanlah firman Allah swt. Ini :
“Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata : ‘Ya Tuhanku,
mengapa engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.’”
( QS. Al
Munafiqun : 10 ).
Sebelum kita mengalami penyesalan
yang begitu besar dan mendalam, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat
tersebut, maka tidak ada jalan lain melainkan kita harus membiasakan diri gemar
berinfaq. Karena sesal kemudian tiada berguna, apalagi sebuah penyesalan yang
tidak memberikan toleransi barang sejenakpun kepada kita buat beramal. Mumpung
kesempatan beramal dan berinfaq masih ada, janganlah kita menyumbat dan menutup
kran kenikmatan harta anugerah Allah buat yang sangat membutuhkan dan kesulitan
untuk mendapatkannya.
Harta benda adalah titipan Allah
yang sekaligus merupakan anugerah kenikmatan dari Allah yang harus disyukuri.
Jangan sampai kita menjadi lupa diri dan beranggapan seolah-olah harta benda
yang peroleh itu semata-mata karena usaha kita semata dan bukan pemberian Allah
swt. Memang ada mereka menonjolkan jerih payah dan usaha yang dilakukan dari
pada sumber pemberinya, yaitu Allah swt. Mereka baru disadarkan bahwa semua
harta itu adalah pemberian dan milik Allah swt. Menjelang detik-detik
kematiannya, pada saat sakaratul maut
itulah mereka baru sadar dan ingin menafkahkan semua harta bendanya di jalan
Allah. Tetapi kesempatan itu sudah tertutup baginya, dan merekapun mati dengan
penuh penyesalan dan berwajah murung.
Apabila manusia lebih mengedepankan
dan membanggakan usaha dan kemampuannya atas harta yang didapatkan, serta
memandang remeh dan tidak sadar bahwa sesungguhnya yang memberi semua yang diperoleh
itu adalah Allah swt., maka muncullah manusia-manusia egois yang hanya
mementingkan diri pribadi, mereka tidak mau tahu keadaan sekeliling, apalagi
hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan agama. Jadilah mereka sebagai
manusia-manusia bakhil dan kikir. Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya dalam
harta yang dimilikinya itu terdapat hak-hak orang lain, seperti fakir miskin,
anak yatim, janda-janda dan orang-orang jompo yang kuat berusaha. Secara tegas
telah dinyatakan di dalam Al-Qur’an bahwa dalam harta orang-orang kaya atau
para aghniya’ terdapat hal fakir
miskin yang harus diberikan kepada mereka. Allah swt berfirman yang artinya :
“
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian.”
( QS.
Adz-Dzariyat : 19 ).
Allah swt. Memberikan gambaran
tentang perumpamaan pelipat gandaan pahala bagi orang yang menginfaqkan harta
bendanya di jalan Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat 261 dari surat
Al-Baqarah, yang artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap butir seratus biji, Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
( QS. Al-Baqarah
: 261 ).
Sebagai orang yang beriman kita
harus meyakini kebenaran ayat tersebut, yang secara jelas, bahwa Allah akan
melipat gandakan pahala orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah sebanyak
tujuh ratus kali lipat, bahkan bisa jadi lebih banyak dari itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.
Oleh karena itu, marilah kita
berusaha sekuat tenaga untuk membiasakan diri gemar berinfaq dan berlomba-lomba
dalam melakukan kebajikan, agar kita mendapatkan pengampunan dan pahala surga
yang kita dambakan. Allah swt berfirman yang artinya :
“
Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang yang bertaqwa, (yaitu) orang
yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.”
( QS. Ali Imran
: 133-134 ).
Kiranya jelaslah bagi kita, bahwa
dalam ayat tersebut secara tegas Allah mengaitkan ketaqwaan dengan kesadaran
berinfaq. Apabila kaum Muslimin yang berharta bersedia serta rela menafkahkan
sebagian hartanya demi kepentingan agama Allah, niscaya tidak akan sia-sia,
karena Allah Maha Mengetahui dan pasti kelak mendapat ganti yang lebih baik.
Sebaliknya, apabila orang-orang Islam yang berharta tidak mau menafkahkan
hartanya bagi kepentingan agama Allah, samalah artinya mereka telah berbuat
zalim, kelak di akhirat tidak akan memperoleh pertolongan dari Allah swt.
Allah swt berfirman : “Apa saja yang
kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun
baginya.”
( QS. Al-Baqarah
: 270 ).
Mengakhiri ceramah 7 menit dalam
kesempatan yang mulia ini, marilah kita berdo’a semoga Allah senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia serta petunjuk-Nya kepada kita, sehingga kita
termasuk dalam golongan orang-orang yang bertaqwa dan gemar berinfaq serta
memperoleh keberuntungan besar, utamanya kelak di akhirat. Demikianlah yang
dapat saya sampaikan, terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas
kesalahan dan kurang lebihnya.
Hadanallah
waiyyakum ajma’in, was salamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh....
Gimana kawan isi ceramah nya menarik kan pastinya, sering-sering berkunjung ke blog saya yah kawan. Semoga ceramah kali ini bermanfaat untuk kawan-kawan semua nya. Jangan lupa coment jika diperlukan dan follow saya yah kawan, Salam Sukses buat para Blogger Indonesia.
Terima Kasih,
No comments:
Post a Comment